PT SOLID GOLD BALI - Harga minyak jatuh ke level terendah sejak Desember 2018 pada akhir perdagangan Senin (10/2), tertekan melemahnya permintaan China di tengah wabah virus corona. Di sisi lain, pedagang menunggu apakah Rusia akan bergabung dengan produsen lain dalam upaya pengurangan produksi lebih lanjut.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman April turun 1,20 dolar AS atau 2,2 persen menjadi menetap di 53,27 dolar AS per barel, penutupan terendah sejak 28 Desember 2018. Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret turun 0,75 dolar AS atau 1,5 persen menjadi berakhir di 49,57 dolar AS, penutupan terendah sejak 7 Januari 2019.
Penurunan tersebut membuat Brent dan WTI berada di wilayah oversold masing-masing selama 13 hari dan 14 hari, garis bearish terpanjang sejak November 2018.
Minyak telah turun lebih dari 25 persen dari puncaknya pada Januari, dengan minyak mentah AS (WTI) kembali di bawah 50 dolar AS per barel setelah virus yang menyebar memukul permintaan di China, importir minyak terbesar di dunia. Hal ini memicu kekhawatiran tentang kelebihan pasokan global.
"Pasar minyak terus mengalami tekanan dari krisis kesehatan virus corona, yang telah membuat sektor transportasi dan manufaktur China macet," kata analis di Eurasia Group dalam sebuah laporan.
Impor minyak mentah dan gas alam China telah anjlok karena sebagian besar pabrik penyulingan China secara signifikan memotong operasi mereka. Sementara terminal impor memangkas pesanan untuk pengiriman baru dan beberapa telah menyatakan force majeure.
Beijing telah mengatur dukungan untuk perusahaan dan pasar keuangan dalam sepekan terakhir dan investor berharap lebih banyak stimulus untuk mengangkat ekonomi terbesar kedua di dunia itu.
Kekhawatiran atas pasokan tidak berkurang pada Jumat (7/2/2020) ketika Rusia mengatakan perlu lebih banyak waktu untuk memutuskan rekomendasi dari komite teknis yang telah menyarankan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya untuk mengurangi produksi lagi 600.000 barel per hari (bph).
Grup, yang dikenal sebagai OPEC+, telah menerapkan pemotongan 1,2 juta barel per hari sejak Januari 2019 untuk mengurangi kelebihan pasokan global dan menopang harga minyak mentah. Menteri Perminyakan Aljazair Mohamed Arkab mengatakan pada Minggu (9/2/2020) komite telah menyarankan pengurangan produksi lebih lanjut sampai akhir kuartal kedua.
Menteri Energi Rusia Alexander Novak mengatakan Moskow membutuhkan lebih banyak waktu untuk menilai situasi, menambahkan bahwa pertumbuhan produksi minyak mentah AS akan melambat dan permintaan global masih solid. PT SOLID GOLD.
Baca Juga :
PT Solid Gold | Kinerja Solid Gold Berjangka
PT Solid Gold | PT Solid Gold Berjangka Bantah Lakukan Bisnis Tak Wajar
PT Solid Gold | PT Solid Gold Berjangka Cetak Rapor Biru
PT Solid Gold | Solid Gold Berjangka Serius Bidik Milenial
PT Solid Gold | Kuartal 3 Solid Gold Berjangka Cetak Rapor Biru
PT Solid Gold | Luar Biasa Solid Gold Berjangka
PT Solid Gold | Transaksi Bursa Berjangka Melejit Solid Gold Catat Pertumbuhan
PT Solid Gold | Nasabah Baru PT Solid Gold Berjangka Makassar Tumbuh
PT Solid Gold | Kinerja Solid Gold Berjangka Catat Pertumbuhan
PT Solid Gold | Kinerja Kuartal Solid Gold Berjangka Cetak Rapor Biru
PT Solid Gold | Nasabah PT Solid Gold Berjangka Tumbuh Signifikan
PT Solid Gold | Perusahaan Berjangka Solid Gold Bidik Nasabah Milenial
PT Solid Gold | Kinerja Kuartal 3 Solid Gold Berjangka Cetak Rapor Biru
PT Solid Gold | Kinerja PT Solid Gold Berjangka Tumbuh Dua Ribu Persen Lebih
PT Solid Gold | Kuartal 3 Harga Emas Stabil Solid Gold Berjangka Cetak Rapor Biru
PT Solid Gold | Solid Gold Berjangka Ingin Hilangkan Persepsi Negatif
PT Solid Gold | Kinerja Solid Gold Berjangka Cetak Rapor Biru
PT Solid Gold | PT Solid Gold Berjangka Bukukan Pertumbuhan Volume Transaksi
PT Solid Gold | Perang Dagang Buat Emas Berkilau
PT Solid Gold | Harga Emas Anjlok
PT Solid Gold | Perdagangan Emas Paling Banyak Diminati Hari Ini
PT Solid Gold | Komoditas Kopi dan Emas Cukup Signifikan
PT Solid Gold | Olein Akan Meningkat di 2020
SUMBER : REPUBLIKA.CO.ID